Kue putu, yang sering disebut “putu bambu,” adalah salah satu kudapan khas Nusantara yang memiliki tempat istimewa dalam budaya kuliner Indonesia. Namun, ada kesalahpahaman bahwa nama “putu” merupakan singkatan dari istilah modern seperti “Pedagang Umum Tenaga Uap” atau “Pencari Uang Tenaga Uap.” Faktanya, kue ini jauh lebih berakar dalam sejarah dan tradisi.
Asal-Usul dan Keunikan Kue Putu
Kue putu dikenal sebagai jajanan tradisional yang terbuat dari tepung beras berwarna hijau pandan, diisi gula aren, dan dimasak dengan teknik unik menggunakan cetakan bambu. Setelah matang, kue ini disajikan dengan taburan kelapa parut, menciptakan rasa manis, lembut, dan gurih yang khas.
Pada tahun 2022, kue ini mendapat pengakuan internasional dengan masuknya ke dalam daftar 100 Kue Terpopuler di Dunia dan 100 Kue Terbaik di Dunia versi TasteAtlas. Ini adalah bukti bahwa makanan tradisional Indonesia memiliki daya tarik global.
Sejarah Dari Dinasti Ming hingga Nusantara
Awal mula kue putu dapat dilacak hingga Dinasti Ming (1368–1644) di Tiongkok. Pada masa itu, kue ini dikenal sebagai Xianroe Xiao Long, yang berarti “kue tepung beras berisi kacang hijau.” Cara memasaknya hampir serupa dengan yang kita kenal sekarang, yaitu menggunakan cetakan bambu dan teknik pengukusan.
Ketika kue ini menyebar ke Asia Tenggara, ia beradaptasi dengan selera masyarakat lokal. Di Indonesia, nama “putu bambu” menjadi populer karena cetakan bambu yang digunakan dalam proses pembuatannya. Salah satu referensi tertua tentang kue putu di Indonesia dapat ditemukan dalam Serat Centini, sebuah naskah Jawa kuno, yang menunjukkan bahwa kue ini sudah dikenal sejak lama.
Variasi Kue Putu di Asia
Kue putu tidak hanya ditemukan di Indonesia, tetapi juga memiliki variasi di negara-negara lain:
- Malaysia
Di Malaysia, kue serupa disebut putu piring. Bentuknya pipih dengan isian gula aren dan disajikan bersama kelapa parut. - Singapura
Singapura memiliki varian yang dikenal sebagai kueh tutu, biasanya dengan isian kacang atau gula kelapa. - Filipina
Filipina memiliki kudapan bernama puto bumbóng, yang dimasak menggunakan tabung bambu. Namun, puto bumbóng menggunakan beras ketan ungu, memberikan warna ungu yang khas. - India dan Sri Lanka
Di wilayah Kerala, Tamil Nadu, dan Karnataka di India serta Sri Lanka, kudapan serupa dikenal sebagai puttu atau pittu. Versi ini biasanya dihidangkan dengan kari atau hidangan gurih lainnya, menjadikannya berbeda dari kue putu manis ala Indonesia.
Resep Tradisional
Bahan:
- 200 gram tepung beras
- 25 gram tepung tapioka
- 175 ml air matang
- ¼ sdt garam
- 2 helai daun pandan
- 50 gram kelapa parut, kukus
Isian:
- 150 gram gula merah, potong kecil
Taburan:
- Kelapa parut kasar
- 1 helai daun pandan
- Garam secukupnya
Cara Membuat:
- Rebus air dengan daun pandan dan garam, lalu sisihkan hingga hangat.
- Campur tepung beras dan tapioka, kemudian kukus selama 20 menit. Angkat dan perciki dengan air pandan.
- Ayak adonan, tambahkan kelapa parut, dan aduk hingga rata.
- Masukkan adonan ke cetakan bambu hingga setengah penuh, tambahkan gula merah sebagai isian, lalu tutup dengan adonan lagi.
- Kukus selama 10 menit hingga matang, keluarkan dari cetakan, dan sajikan dengan taburan kelapa parut.
Kue Putu: Warisan Budaya yang Harus Dilestarikan
Selain sebagai makanan, kue putu adalah simbol budaya yang menghubungkan tradisi lintas negara di Asia. Dengan cita rasa khas dan sejarah panjangnya, kue ini adalah bukti kekayaan kuliner yang harus dijaga agar tetap lestari dan dikenal oleh generasi mendatang.